Wakil/Pengkhianat Majikan ?!!
Fenomena wakil atau utusan yang mengkhianati tuan/majikannya bukanlah suatu hal yang aneh di dongeng-dongeng masa lampau saat manusia masih primitif. Mungkin karena gaji yang mereka dapatkan dari majikan mereka terlalu sedikit, sehingga mereka mau menggadaikan kepercayaan yang diamanahkan kepada mereka. Padahal yang namanya wakil atau utusan sebenarnya hanyalah seorang bawahan yang mengabdi kepada orang yang diwakili yaitu majikannya. Mereka dibayar untuk membela kepentingan majikannya tersebut.
Akan tetapi, ternyata tindakan manusia-manusia primitif tersebut juga ada di jaman modern ini. Mungkin diantara kita beberapa waktu yang lalu secara sadar telah melakukan perekrutan terhadap wakil atau utusan kita dengan pengorbanan waktu dan biaya yang cukup besar. Seharusnya dengan adanya pengorbanan tersebut kita mendapatkan manusia pilihan yang benar-benar mengabdi kepada kita dan membela kepentingan kita. Apa lacur, kepercayaan kita ternyata di khianati. Wakil yang sudah pilih dengan susah payah, ternyata tidak lebih dari manusia primitif yang menghianati majikannya sendiri.
Walaupun mereka telah kita bayar dengan uang hasil mengayuh becak, ngarit, nyangkul, nguli, atau glidig, ternyata lebih membela lawan-lawan kita. Lawan yang mengaku kawan melalui baju-baju hansip, serta mulut manis pengusaha dan ternyata ingin mendudukan kelanggengan kita sebagai warga kelas bawah yang selalu mereka lindas. Saya jadi teringat dengan cerita Pak Cokro, tetangga saya di desa
Pak Cokro memelihara anjing yang tampangnya besar dan serem untuk menjaga rumahnya. Untuk memberi makan anjingnya, pak cokro harus merelakan sebagian lauknya (yang untuk standar orang desa termasuk wah). Tiap minggu sekali dia datang ke Kang Paijo, jagal sapi untuk nempil sedikit tulang agar asupan gizi anjingnya menuhi syarat kesehatan. Pada suatu hari, ternyata rumah Pak Cokro kedatangan pencuri. Rupanya Sang Maling sudah mengetahui seluk beluk rumah calon korbannya termasuk keberadaan anjing tersebut. Sehingga dia menyiapkan strategi khusus berupa senjata pamungkas untuk menaklukkannya sang anjing. Senjata pamungkas yang dimaksud bukan berupa tongkat pemukul alat pembunuh anjing yang lain, tapi berupa Steak daging sapi dari restoran kota. Sang anjing yang biasanya hanya makan makanan dari desa merasa tersanjung dengan oleh-oleh dari tamu tak diundang itu. Sehingga setelah dia menganggap tamu tak dikenal tersebut sebagai teman atau bahkan majikan baru. Dan ternyata Sang Maling malam itu bisa sukses menguras habis harta Pak Cokro yang sebenarnya majikan dari anjing tersebut.
Buat saudara-saudaraku yang ingin menjadi wakil atau utusan kami, apakah kalian akan berlaku seperti peliharaan Pak Cokro diatas ?
alhamdulilah...saia cuma utusan para gajah
ReplyDeletekalau ditanya macam itu, para anjing akan mengatakan tidaaaaaak...... tapi coba lihat nanti, secara jamaah mereka akan menghianati tuannya....dasar anjing... :)
ReplyDeleteSaya mau glidhig di sini...
ReplyDeletehmm... banyak para pemimpin negeri ini (bukan termasuk pemimpin saya, hihi) yg lum nyadar telah termakan senjata pamungkas, hehe...
ReplyDeletemudah2an tidak, sebab wakil rakyat tidak sejenis dg peliharaan pak cokro. kecuali kalo mereka memang gak keberatan diteriaki 'asu' ya silahkan saja berperilaku spt peliharaan pak cokro itu...he3x
ReplyDelete@gajah_pesing: Namanya terus apa mas?
ReplyDelete@alifahru: mas, jangan suka bertanya kepada anjing, berbahaya
@marsudiyanto: monggo pakdhe
@a2i3s: padahal itu senjata cuma buat anjing loh
@nita: semoga mereka memang bukan anjing
rada bberat nih artikel nya :lol:
ReplyDeletesemoga mereka memang bukan anjing, hehehe....sip...saya hanya bisa mengaminkan...
ReplyDeletesayangnya wakil kita tidak mewakili kita....sedih
ReplyDeleteBerarti para wakil kita yang terhormat itu jangan sampai makan steak ya.... cukup balung aja!!! Hahaha... ntar jadi lupa tugas yang sebenarnya. :D
ReplyDeletePemilu besok arep nyoblos ora ya... :)
ReplyDelete@bang diod: brapa kilo bang?
ReplyDelete@afie: memang bukan
@ala: makanya, kalau cari wakil yang bisa mewakili kita
@Jay: sepakat bos... sekaligus melatih taring2 mereka
@alifahru: Kasihan KPU kalau kita gak nyoblos. Kalau saya sech akan nyoblos logo KPUnya saja
Bingung milih siapa besok pemilu. Perumpaan yang bagus sekali mas
ReplyDeletelama banget nggak denger kata glidig
ReplyDeletewah sebuah sentilan pencerahan yang segar dan penuh perumpamaan nih
ReplyDeletedasar paijo lagi haha
eh asu ding
saya sendiri bingun untuk milih hahaha
saat ini masih belum tahu pilihannya
@Erik: Pilihlah sesuai kata hati
ReplyDelete@endar fitrianto: sama mas, kalo baca sech sering (dari blog artikel ini maksudnya heheheh)
@genthokelir: Kalo bingung pilih yang pasti berjasa ajah...KPU
poko'e aku ra sudi dadi asu.*horeee aku pinter boso londo*gubrak!
ReplyDeleteSedang memikirkan artikel diatas. Spertinya mengena sekali...
ReplyDeletehayoo kurir...bekerjalah dengan rasa penuh tanggung jawab...
@Kristina Dian Safitry: asyik...makan2 yuuuk
ReplyDelete@khairuddin syach: semoga mereka mendengarnya mas