Pelatihan Penanggulangan Bencana
Berbasis Komunitas
(Disaster Management)
Indonesia merupakan negara rawan bencana. Tercatat bencana alam datang silih berganti dengan beribu-ribu korban jiwa. Mengingat kondisi tersebut, Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM MP) yang dulunya P2KP Kabupaten Pemalang selalu memberikan pelatihan kepada masyarakat berdaitan dengan Penanggulangan Bencana Alam berbasis Komunitas (Disaster Management).
Penanggulangan Bencana Berbasis Komunitas merupakan serangkaian aktivitas masyarakat (komunitas) pada saat sebelum, saat dan setelah bencana terjadi untuk mengurangi jumlah korban baik jiwa, kerusakan sarana/prasarana dan terganggunya peri kehidupan masyarakat dan lingkungan hidup dengan mengandalkan sumber dan kemampuan yang dimiliki oleh masyarakat. Penanggulangan bencana berbasis komunitas juga merupakan upaya mengkolaborasikan penanggulangan bencana sebagai upaya bersama antara masyarakat, LSM, swasta dan Pemerintah
Pembangunan kemampuan penanggulangan bencana ditekankan pada peningkatan kemampuan masyarakat khususnya masyarakat pada kawasan rawan bencana , agar secara dini menekan bahaya tersebut. Umumnya berpangkal pada tindakan penumbuhan kemampuan masyarakat dalam menangani dan menekan akibat bencana. Untuk mencapai kondisi tersebut, lazimnya diperlukan langkah-langkah : (1) pengenalan jenis bencana, (2) pemetaan daerah rawan bencana, (3) zonasi daerah bahaya dan prakiraan resiko, (4) pengenalan sosial budaya masyarakat daerah bahaya, (5) penyusunan prosedur dan tata cara penanganan bencana (6) pemasyarakatan kesiagaan dan peningkatan kemampuan, (7) mitigasi fisik, (8) pengembangan teknologi bencana alam.
Saat ini organisasi penanggulangan bencana di Indonesia masih merupakan lembaga ad hoc. Di tingkat Pusat terdapat Badan Koordinasi Nasional (BAKORNAS) Penanggulangan Bencana dan Pengungsi dengan Ketua Pelaksana Harian (Kalakhar) Wakil Presiden. Di tingkat Provinsi terdapat Satuan Koordinasi Pelaksana (SATKORLAK) Penanggulangan Bencana dan Pengungsi. Di tingkat Kabupaten/Kota terdapat Satuan Pelaksana (SATLAK) Penanggulangan Bencana dan Pengungsi yang dibentuk berdasarkan Perpres No.85/2005.
Dalam kerja penanggulangan bencana di tingkat daerah, biasa dilakukan:
1. Kantor/Dinas Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat (Kesbanglinmas) yang juga mengorganisir Search and Rescue (SAR). Bertugas meningkatkan kesiapsiagaan dan tanggap darurat bencana
2. Dinas lainnya seperti Pertambangan dan Energi yang berfungsi sebagai pengawas tata kelola pertambangan dan energi, mempunyai peta-peta rawan bencana yang biasanya terkait dengan pertambangan (longsor, bencana lingkungan). Kemudian Dinas Sosial, Bagian Kesra, DPU dsb
3. Palang Merah Indonesia di daerah masing-masing
4. Pusat Studi Bencana di Universitas terdekat yang dapat memberikan peta ancaman, mikrozonasi, dan penelitian tentang kebencanaan yang lain
5. Badan Meteorologi dan Geofisika untuk mengetahui tentang cuaca, iklim dikaitkan dengan bencana, termasuk peringatan dini yang ada untuk berbagai jenis bencana
Selain itu terdapat organisasi masyarakat dan LSM baik nasional, lokal maupun internasional yang concern terhadap isu-isu penanggulangan bencana.
Dalam melakukan manajemen bencana khususnya terhadap bantuan darurat dikenal ada dua model pendekatan yaitu “konvensional” dan “pemberdayaan”. (Anderson & Woodrow, 1989). Perbedaan kedua pendekatan tersebut terutama terletak kepada cara “melihat” : (1) kondisi korban, (2) taksiran kebutuhan, (3) kecepatan dan ketepatan, (4) fokus yang dibantukan; (5) target akhir.
Konvensional
|
Pemberdayaan
|
Korban adalah tidak berdaya dan membutuhkan barang yang harus kita berikan
|
Korban adalah manusia yang aktif dengan berbagai kemampuan dan kapasitas
|
Harus melakukan taksiran kebutuhan yang cepat / kilat
|
Taksiran kebutuhan dilakukan dengan seksama dengan memperhatikan kapasitas yang ada
|
Kebutuhan begitu mendesak sehingga kecepatan dan efiensi adalah prioritas; tidak ada waktu untuk konsultasi dengan melibatkan masyarakat setempat
|
Sejak awal harus mempertimbangkan dampak jangka panjang dari bantuan luar dan perlu menghormati gagasan dan kapasitas yang ada pada masyarakat setempat
|
Fokus utama adalah benda fisik dan material
|
Walaupun kita memberikan benda-benda fisik dan material yang dibutuhkan, kita harus mendukung kapasitas dan sisi sosial/kelembagaan serta sisi sikap/motivasi.
|
Tujuannya adalah agar keadaan kembali normal
|
Tujuannya adalah mengurangi kerentanan dalam jangka panjang dan untuk mendukung peningkatan kapasitas
|
Penanggulangan bencana berbasis komunitas membutuhkan langkah terorganisir dan komitmen yang kuat. Persiapan bencana bertujuan mengurangi resiko, meminimalkan korban dan mengurangi penderitaan. Tugas utama kelompok adalah menyusun perencanaan untuk melakukan usaha-usaha dalam pengurangan resiko bencana, perencanaan tanggap darurat dan rehabilitasi.
(sumber: Modul pelatihan Disaster Management Tim PNPM MP Kab Pemalang)
Tulisannya bagus, bisa dijadikan rujukan. Salam kenal ...
ReplyDeletesetuju mas... wedi aku karo sing jenenge bencana iku ...
ReplyDeletehiiii...
Weh.. Kalo bersama2 mampu mewujudkannya, setidaknya tak akan terjadi ketelantaran..
ReplyDeleteBagus bro.!
Salam Cinta Damai dan Kasih Sayang
ReplyDelete‘tuk Sahabatku terchayaaaaaaaank
I Love U fuuulllllllllllllllllllllllllllll
manstaaaaaaaaaaaaabbbbbbbsssssssss..
ReplyDeletewah. . .bagus jg tuh artikelnya mas. jelas dan tentunya bermanfaat. Tak pikir asli sampean yg buat, hehehe :D
ReplyDeletesalam pak...terima kasih trainingnya..besok jam tujuh ada award dirumahku..tolong diambil ya pak..
ReplyDelete@sugiarno: matur tangkyu. Salam kenal juga
ReplyDelete@suryaden: pancen medeni owg
@cyperus: sepakat, tinggal tindak lanjutnya juga
@kangboed: lnjutkan kang...
@dasir: Matur tengkyu, dah tak klaim, tinggal comot
terima kasih atas ilmunya
ReplyDeletekeep posting
memang menarik
ReplyDeletenamun kadang penerapannya tidak sesuai dengan kondisi di lapanngan
namun program ini memang perlu diadakan mengingat banyak orang belum jelas metode dan cara penanganan pasca bencana..
sip dua jempol deh
ReplyDeleteada software Disaster management nya lho.
ReplyDeletehttp://kafemis.blogspot.com/2009/10/sahana-sahana-is-free-and-open-source.html
informasi yang menarik, jadi pengen tahu kinerjanya
ReplyDeleteSeharusnya pemerintah merelokasi area pemukiman penduduk yang rawan tanah longsor dan badai tsunami, itu sebuah pencegahan yang pancen oyee..
ReplyDeletetapi mana mungkin bisa ya...
btw,thanks banged artikelnya pren
Mampir gan,,,gimana nih kabarnya :D
ReplyDeletesemoga dengan adanya pelatihan semacam ini bisa meminimalkan korban bencana alam
ReplyDeletebisa jadi alternatif baru tuh... hebat...
ReplyDeletesahabat ku datang mengunjungimu salam hangt selalu
ReplyDeleteSuatu langkah yang sangat bagus mas. Pelatihan seperti ini memang sangat diperlukan, sehingga masyarakat yg mengalami bencana bisa lebih berdaya.
ReplyDeleteMestinya sosialisasinya lebih menyentuh kekalangan rakyat jelata. agar mereka sadar potensi bencana negerinya.. dan sadar bagaimana cara menanggulangi dan menangani evakuasinya jika terjadi bencana.
ReplyDeletesebuah gagasan yang cerdas dan brilian, mas pencerah. semoga pelatihan semacam ini bisa mengurangi dampak bencana yang terjadi. kok di kendal belum pernah saya dengar, ya, mas? hehe ...
ReplyDeleteSemoga bisa diwujudkan Disaster Management berbasis komunitas di Indonesia ya.. atau jangan2 sudah terwujud di beberapa daerah?
ReplyDeletekapan pelatihane kang?
ReplyDeletepenting banget!
ReplyDeletediriku memikirkan jalur evakuasi nek misal enek ngunu2 wi..
ReplyDeletesip sip,,managemnet ginian yg perlu bgt dikembangkan dan diterapkan bener bener
ReplyDeletewah konsep briliant
ReplyDeletewahhh
ReplyDeletekeren neh
harusnya banyak diadakan hal serupa di kota2 lain
siip keren kang
ReplyDeletebagus artikelnya,
bisa jadi ide buat tempat yg lain,
ReplyDeletethanks infonya
Salam Cinta Damai dan Kasih Sayang
ReplyDelete‘tuk Sahabatku terchayaaaaaaaank
I Love U fuuulllllllllllllllllllllllllllll
HADIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIRRRRRRRRR
ReplyDeleteMENGUCAPKAN SELAMAT ATAS NAMA PERSAHABATAN DAN PERSAUDARAAN
SEMOGA DENGAN BERJALANNYA WAKTU SEMAKIN MEMPERSATUKAN KITA SEMUA.. TIDAK MELIHAT SIAPA KAMU.. APA AGAMAMU.. APA MAZHABMU.. TETAPI DENGAN MENYADARI KITA BERASAL DARI YANG SATU..
SALAM SAYANG SELALU
betul, komunitas memang seharusnya menjadi basis dlm penangulangan bencana krn mereka mengenal satu sama lain.
ReplyDeletesobat, mo ijin tukeran link ya
ReplyDeletesudah terpajang di blogrollku
thanx ya
dengan adanya pelatihan jadi bisa lebih sigap jika situasi bener2 terjadi
ReplyDeletekita juga harus mencontoh negara yang umumnya rawan gempa.
ReplyDeleteharus diadakan pelatihan kepada mereka juga
management disaster memang diperlukan oleh seluruh elemen masyarakat. apalagi indonesia menjadi hypermarketnya hazard ataupun disaster. salam kenal ya
ReplyDeleteliza
wah... GOod luck ya :)
ReplyDeleteGile, kalao begini, peran pemerintah bisa di ganti masyarakat, kudetaaaaa, kekekekeke
ReplyDeleteyeach... pemerintah bagaimanapun juga tetap nggak bisa jalan sendiri... peran masyarakat sangat diperlukan... TAPI... janganlah menjadikan pemerintah mengelak dari tanggung jawab...
ReplyDeletedah seharusnya bencana alam menhadi tanggung jwb bersama..:D
ReplyDeletemantap postingannya....:)
ReplyDeletebisa dijadikan rujukan nih artikelnya... nice posting..
ReplyDeletemantap bisa dijadiin rujukan nih sob
ReplyDeleteiya tidak salah lagi
ReplyDeletepencerah pasti aktifis
salut !!!
ada aktifis takuuuutttt...
ReplyDeletenantidiajak demo .......
tapi yang ngeselin atasnya shinta spammer gelo !!!!
di jepara juga loh
ReplyDeletebunda mau dilatih juga dong
ReplyDeleteternyata Komunitas bisa menjadi sebuah kekuatan untuk kemanusiaan, terutama dalam hal bencana alam ya. terima kasih infonya @sangpencerah :)
ReplyDelete