Pengembara
Nb: tulisan mengenai kemacetan akan segera dibuat dengan cara seksama dan dalam tempoh yang sesingkat-singkatnya
Yang namanya pengembara, pada jaman dahulu merupakan penampakan yang biasa bin wajar. Sering sekali kakek dan nenek buyut kita melihat pengembara yang mampir ke desa mereka untuk sekedar mampir beli makanan dan minuman atau istirahat saja. Dan biasanya orang-orang menaruh hormat kepada orang yang mendedikasikan hidupnya untuk berkelana, dari suatu tempat ke tempat yang lain untuk menikmati ciptaan Tuhannya.
Pada saat ini, pengembara ternyata tidaklah punah. Banyak juga orang yang (dengan terpaksa) menghabiskan waktunya dijalan. Termasuk dalam hal ini adalah sopir bus/angkutan umum dan kondektur, masinis, nahkoda, kurir maupun orang lain yang memang pekerjaannya berkaitan dengan jalan atau antar mengantar orang dan barang.
Yang menarik, ternyata ada juga orang yang terpaksa menjadi pengembara kendati di perjalanan mereka tidak melakukan suatu pekerjaan pun. Mereka adalah kaum-kaum penglajo/ komuter yang tempat bekerja mereka jauh dari rumah. Berjam-jam waktu yang mereka habiskan untuk sekedar berangkat atau pulang kerja.
Teman saya yang hidup di Jakarta mengatakan bahwa dia harus berangkat ke kantor pagi-pagi (abis subuh), jadi sekitar jam 5-an dan sampai kantor jam 8 kurang dikit. Sore harinya dia pulang jam 4 dan paling cepat sampai di rumah jam 8 malam. Jadi kalau dihitung waktu yang dihabiskan di jalan untuk berangkat dan pulang kerja adalah 7 jam (sama dengan waktu mereka kerja dikantor). Bayangkan saja, waktu mereka yang hanya dibatasi 24 jam sudah dihabiskan 14 jam di perjalanan dan dikantor. Tinggal 10 hari yang digunakan untuk istirahat dan bercengkerama dengan keluarga mereka.
Harusnya pengembaraan mereka di jalan bisa dikurangi apabila pemerintah bisa mengatur dan menyediakan sarana transportasi yang aman dan nyaman. Kemacetanlah yang memaksa orang-orang tersebut untuk menjadi pengelana dan pengembara. Kemacetan yang timbul karena kesemrawutan yang sebenarnya mereka sendiri juga ikut menciptakan (meskipun secara tidak langsung dan tidak sadar).
Semoga pemerintah bisa menciptakan pola transportasi yang ramah bagi warganya, semoga pengorbanan pengembara-pengembara tersebut tidak sia-sia dan semoga ungkapan keprihatinan saya pada mereka bisa dijadikan sebagai pencerah bagi kita semua
Amien
Pada saat ini, pengembara ternyata tidaklah punah. Banyak juga orang yang (dengan terpaksa) menghabiskan waktunya dijalan. Termasuk dalam hal ini adalah sopir bus/angkutan umum dan kondektur, masinis, nahkoda, kurir maupun orang lain yang memang pekerjaannya berkaitan dengan jalan atau antar mengantar orang dan barang.
Yang menarik, ternyata ada juga orang yang terpaksa menjadi pengembara kendati di perjalanan mereka tidak melakukan suatu pekerjaan pun. Mereka adalah kaum-kaum penglajo/ komuter yang tempat bekerja mereka jauh dari rumah. Berjam-jam waktu yang mereka habiskan untuk sekedar berangkat atau pulang kerja.
Teman saya yang hidup di Jakarta mengatakan bahwa dia harus berangkat ke kantor pagi-pagi (abis subuh), jadi sekitar jam 5-an dan sampai kantor jam 8 kurang dikit. Sore harinya dia pulang jam 4 dan paling cepat sampai di rumah jam 8 malam. Jadi kalau dihitung waktu yang dihabiskan di jalan untuk berangkat dan pulang kerja adalah 7 jam (sama dengan waktu mereka kerja dikantor). Bayangkan saja, waktu mereka yang hanya dibatasi 24 jam sudah dihabiskan 14 jam di perjalanan dan dikantor. Tinggal 10 hari yang digunakan untuk istirahat dan bercengkerama dengan keluarga mereka.
Harusnya pengembaraan mereka di jalan bisa dikurangi apabila pemerintah bisa mengatur dan menyediakan sarana transportasi yang aman dan nyaman. Kemacetanlah yang memaksa orang-orang tersebut untuk menjadi pengelana dan pengembara. Kemacetan yang timbul karena kesemrawutan yang sebenarnya mereka sendiri juga ikut menciptakan (meskipun secara tidak langsung dan tidak sadar).
Semoga pemerintah bisa menciptakan pola transportasi yang ramah bagi warganya, semoga pengorbanan pengembara-pengembara tersebut tidak sia-sia dan semoga ungkapan keprihatinan saya pada mereka bisa dijadikan sebagai pencerah bagi kita semua
Amien
komen ah...
ReplyDeleteKarena aq seorang sopir, berarti aq juga pengembara dong..
ReplyDeleteSusah juga ya di jakarta..
Pernah liat antrian batu bara dikalimantan?
Untuk menempuh jarak 120km aja, kami memerlukan waktu 3hari 3malam..
Bukan karena medan yg sulit atau jalan yg rusak, tp karena macet..
Jd buat aq, jakarta belum seberapa..
Aq pernah begadang mulai dr jam 10malam sampai jam 4 pagi, cuman bisa jalan 2,5km aja *kalau dikawasan macem*..
Gak ada istilah, rawan kemacetan, soalnya ya tiap hari macet..
Selama aq dikalimantan 2,5thn ini, itu terjadi tiap hari..
Kalau dulu sehari semalam bisa tembus, kalau sekarang ya minimal 3 hari 3malam..
owhhh begitu yaa...filosofi tentang pengembara ???hehe...nice post bro...thankz dah sering maen2 k'Blog saya..hehe..tengkyuperimach.
ReplyDelete(koreksi:10 jam sisa untuk istirahat di rumah)
ReplyDeleteNah,potong jam tidur,tinggal berapa detik buat anak,istri di rumah??? mungkin lebih tepat ngontrak dekat tempat kerja ya,seminggu sekali baru pulang..
hmm...pengembara kyk gitu yaaaa
ReplyDeletekeknya udah resiko di kota besar kali ya.. :D
ReplyDeletesetuju saya, sepertinya nyawa dan keselamatan waarga tidak pernah menjadi perhatian utama, selalu saja ada korbannya tiap hari ... sedih
ReplyDeletediriku juga meskipun lbh mending hehehhee...
ReplyDeletelah brkt jam 7 pagi sampe rumah jam 7 malem..duh 12 jam
saya berarti masuk kategori pengembara juga mas, tiap hari saya lajo Kendal Smg je, tapi tetap semangat menjalan hidup ini
ReplyDeleteIya semoga pemerintah bisa menata ulang pola transportasi yg ada
ReplyDeletewah ternyata begitu banyak waktu yang terbuang sia-sia
ReplyDeletehehehe, menyinggung gw bgt
ReplyDeletetapi gw g kerja
sekolah dari jam 7, nyampe rumah jam 5 :D
cuma negor n ade post baru di blog ane
aku juga seorang pengembara. Pengembara jiwa... :)
ReplyDeletekoment lagi, posisi top komentator sudah di ujung tanduk... :)
ReplyDeletewah, istilahnya keren, mas pengembara. hampir sama dengan title blog ini, hehehe .... banyaknya pengembara --mudah2an ndak sampai tersesat-- sekadar utk menuju ke tempat kerja merupakan bukti kalau kepedulian pemerintah selama ini terhadap sarana transportasi yang nyaman memang belum ada.
ReplyDeletekok judulnya kayah filmnya roma irama
ReplyDeletehebat sang pengembara
ReplyDeleteberarti saya pengendara bermotor, soale dah keliling jabotabek naek bebek...
ReplyDeletenaek public transport..... pilihan terakhir, gak nyuaaaaamaaaan...oke coy! (gaya budi anduk mode: ON!)
Wuiiihhh...
ReplyDeleteRumahnya mana tuh? Koq lama bgt.
Tjebak macet atow emang rumahnya jauh tuh? Apa mala dua2nya? Ha3...
Dsuru cari kontrakan atau kost dket t4 kerja aja tuh om.