Teroris Berjenggot, Bersurban dan Bercadar
Alkisah di suatu desa pada suatu hari, tampak tua muda, laki perempuan anak bapak sedang berkumpul di depan sebuah rumah. Rupanya mereka sedang mengusir sebuah keluarga yang sudah menjadi tetangga mereka selama 3 bulan. Keluarga tersebut diusir karena yang lelaki memiliki jenggot, memiliki hobi memakai surban dan istrinya seorang perempuan berjilbab. Alasannya adalah karena takut mereka adalah terorisnya polisi yang memang diasosiasikan seperti itu.
Malam harinya mereka berkumpul di rumah Pak RT yang sedang mengadakan syukuran karena tidak jadi dipenjara. Memang Pak RT yang juga seorang pegawai negara sedang tersandung masalah terkait dengan korupsi yang dilakukannya. Sebenarnya warga desa tau kalau Pak RT koruptor, tapi karena sering diundang makan-makan merekapun tidak mempermasalahkannya.
Lain halnya di keluarga Pak Supri. Pak Supri sedang memarahi anak pertama dan keduanya. Si anak pertama, seorang anak laki-laki pendiam dimarahi karena sering mengikuti kegiatan di mushola. Anak kedua seorang perempuan yang ingin memakai kerudung juga dimarahi karena takut di kira teroris.
Sedang asyik-asyiknya marah, tiba-tiba anak bungsunya datang untuk berpamitan kepada Pak Supri. Di lihat dari pakaiannya yang hanya menggunakan kaos tanpa lengan dan celana pendek kayaknya dia ingin nongkrong di alun-alun yang berada di dekat rumah. Pak Supri pun tersenyum dan memberikan uang saku kepada anak bungsunya.
Begitulah bangsa kita saat ini. Mereka cenderung membenci orang karena cara berpakaian yang menurut mereka berbeda dengan orang kebanyakan. Akan tetapi mereka tidak membenci orang lain yang kelakuannya memperihatinkan karena dia berpakaian sama (bahkan lebih bagus).
Orang tua sekarang lebih suka anak perempuannya keluar rumah memakai pakaian seksi daripada pakaian yang menutup aurat + kerudungnya. Mereka lebih suka kalau anaknya nongkrong di kafe atau tempat hiburan malam daripada di masjid atau mushola.
Malam harinya mereka berkumpul di rumah Pak RT yang sedang mengadakan syukuran karena tidak jadi dipenjara. Memang Pak RT yang juga seorang pegawai negara sedang tersandung masalah terkait dengan korupsi yang dilakukannya. Sebenarnya warga desa tau kalau Pak RT koruptor, tapi karena sering diundang makan-makan merekapun tidak mempermasalahkannya.
Lain halnya di keluarga Pak Supri. Pak Supri sedang memarahi anak pertama dan keduanya. Si anak pertama, seorang anak laki-laki pendiam dimarahi karena sering mengikuti kegiatan di mushola. Anak kedua seorang perempuan yang ingin memakai kerudung juga dimarahi karena takut di kira teroris.
Sedang asyik-asyiknya marah, tiba-tiba anak bungsunya datang untuk berpamitan kepada Pak Supri. Di lihat dari pakaiannya yang hanya menggunakan kaos tanpa lengan dan celana pendek kayaknya dia ingin nongkrong di alun-alun yang berada di dekat rumah. Pak Supri pun tersenyum dan memberikan uang saku kepada anak bungsunya.
Begitulah bangsa kita saat ini. Mereka cenderung membenci orang karena cara berpakaian yang menurut mereka berbeda dengan orang kebanyakan. Akan tetapi mereka tidak membenci orang lain yang kelakuannya memperihatinkan karena dia berpakaian sama (bahkan lebih bagus).
Orang tua sekarang lebih suka anak perempuannya keluar rumah memakai pakaian seksi daripada pakaian yang menutup aurat + kerudungnya. Mereka lebih suka kalau anaknya nongkrong di kafe atau tempat hiburan malam daripada di masjid atau mushola.
Dan kitapun hanya bisa prihatin serta mengelus-elus dada
(dadanya sendiri tentunya)....!!!!
(dadanya sendiri tentunya)....!!!!