Hampir tiap hari, mata kita disuguhi oleh berbagai macam tontonan iklan. Telinga, mulut, bahkan otak dan hati kita sudah dijejali oleh barang bernama iklan itu semenjak kita lahir.Bahkan semenjak masih berada di dalam kandungan kitapun sudah menjadi obyek iklan.
Setiap kita keluar rumah, iklan sudah menunggu kita. Saat berjalan menuju tempat beraktivitas, iklan pun selalu mengiringi dan menyambut kita. Sampai dikantor, iklan juga sudah menunggu kita. Saat istirahat, sholat, ke kamar mandi/toilet, tidur bahkan mimpi pun kita selalu dibayang-bayangi oleh iklan.
Kapan sih kita bisa terbebas dari iklan? apakah setelah kita mati? tapi kayaknya gak mungkin karena kuburan pun sekarang diiklankan. Doa yang katanya menemani orang mati juga mulai diiklankan. Surga, neraka juga ikut-ikutan diiklankan.
Bahkan Tuhanpun sekarang dijadikan sebagai iklan.......
Anda seorang wanita? kira-kira tahukah anda kalau 90% pria memiliki pikiran seperti di bawah ini? (berdasarkan penelitian yang tidak dilakukan oleh siapapun).
- 90% pria tidak ingin menghabiskan banyak waktu untuk berbelanja, tapi 90% pria dipaksa untuk menemani kekasih atau istrinya berbelanja.
- 90% pria tidak ingin mengunjungi ibu mertuanya, tapi 90% pria dipaksa harus mengunjungi ibu mertuanya.
- 90% pria ingin mempunyai banyak uang yang dapat digunakan sebagai bahan pelampiasan atas berbagai macam ketidakpuasan dalam hidupnya, seperti kebosanannya terhadap istri; tapi, faktanya 90% pria gagal dalam menghasilkan banyak uang.
- 90% pria gemar menonton film porno atau membaca cerita erotis, tapi 90% dari mereka tidak mau mengakuinya. (termasuk anda dan saya barangkali?!?! ^_^)
- 90% pria mempunyai fantasi seks, sementara 90% dari fantasi mereka bukan mengenai istri mereka sendiri. ^_^
- 90% pria ingin membuat kesan pertama yang sempurna di depan wanita, namun 90% dari mereka gagal melakukannya.
- 90% pria merasa bahwa mereka telah melakukan segala tugas dengan baik, tapi istri mereka justru mampu menemukan 90% masalah dan ketidakberesan dari segala yang dilakukan suaminya.
- 90% pria tidak ingin diomeli oleh istrinya, tapi 90%-nya justru sering diomeli.
- 90% pria selalu waspada akan hasil dari usaha mereka, dan juga 90% dari mereka merasa tidak berdaya untuk mengubah hasil-hasilnya jika tidak sesuai keinginan.
- 90% pria berpikir mereka cukup perkasa di tempat tidur, tapi 90% dari mereka tidak tahu apa-apa soal orgasme palsu yang dilakukan oleh istrinya.
Bagi kaum pria dilarang tersinggung setelah membaca opini yang bersumber dari sini.
[www.pencerah.blogspot.com] Pernahkah anda merasa gagal...? menyalahkan diri sendiri karena kegagalan ? atau justru tidak pernah gagal karena memang tidak pernah berbuat/bertindak ?
Sesungguhnya kegagalan yang kita alami tidak berasal dari orang lain. Bukan atasan yang galak, bukan bawahan yang sulit diatur, bukan teman kerja yang malas, tapi karena kita sendirilah yang mengambil keputusan dengan penuh kesadaran untuk... Gagal....
Berikut ada beberapa kisah yang bisa kita jadikan pencerahan bagi hidup kita
Seorang pesenam dari Jepang meraih medali emas impiannya setelah menari dengan indah di Olympiade. Padahal hari sebelumnya, tumitnya retak dan dokter mengatakan di akan cacat seumur hidupnya. Rasa sakit dikalahkan oleh kemauan yang kuat untuk mempersembahkan medali emas bagi negaranya.
Sepasang mahasiswa drop-out memulai sebuah perusahaan software kecil-kecilan yang sama sekali tidak diperhitungkan akan menjadi besar. Kini Bill Gates dan Tim Allen merupakan dua orang legenda software dunia, padahal hanya berijazahkan high school (SMA).
Seorang veteran perang dunia pertama menawarkan resep masakan keluarganya kepada lebih dari seribu orang yang dinilainya dapat memberinya modal usaha mengembangkan restoran. Seribu orang itu menolaknya. Tapi ia tidak menyerah. Bayangkan bila saat itu Kolonel Sanders memutuskan berhenti pada penolakan yang ke 999, hari ini kita tidak akan mengenal Kentucky Fried Chicken.
Ketika percobaan lampunya yang ke-sekian ratus gagal. Thomas Alfa Edison berkata pada seorang wartawan. "Saya tidak gagal! Bahkan saya baru saja berhasil menemukan cara ke 879 untuk tidak membuat lampu !"
(cerita-cerita diatas bersumber dari milis motivasi)
Pengorganisasian dalam konteks perubahan sosial menjadi titik strategis yang harus mendapat perhatian lebih seksama. Keberhasilan mencapai titik perubahan akan sangat ditentukan oleh pekerjaan pengorganisasian ini. Tanpa suatu pengorganisasian yang memadai, kuat dan sistematik, maka agenda pengembangan komunitas akan senantiasa bergantung kepada niat baik kekuasaan, pasar politik, atau situasi lain yang tidak pasti. Satu-satunya faktor yang akan memastikan bahwa pembangunan komunitas berjalan dalam rel yang benar adalah kehendak dan kemampuan komunitas sendiri untuk memperbaiki keadaan.
Asumsi Dasar
Melakukan pengorganisasian masyarakat dengan maksud memperkuat (memberdayakan) sehingga masyarakat mampu mandiri dalam mengenali persoalan-persoalan yang ada dan dapat mengembangkan jalan keluar (upaya mengatasi masalahtersebut) berangkat dari asumsi:
1.bahwa masyarakat punya kepentingan terhadap perubahan (komunitas harus berperan aktif dalam menciptakan kondisi yang lebih baik bagi seluruh masyarakat);
2.bahwa perubahan tidak pernah datang sendiri melainkan membutuhkan perjuangan untuk dapat mendapatkannya;
3.bahwa setiap usaha perubahan (sosial) pada dasarnya membutuhkan daya tekan tertentu, dimana usaha memperkuat (daya tekan) juga memerlukan perjuangan.
Arah
Pengorganisasian tidak mengabdi pada dirinya sendiri. Atau hendak dikatakan bahwa pengorganisasian bukan untuk pengorganisasian, melainkan untuk mengembangkan apa yang disebut sebagai peningkatan kapasitas dan daya tawar masyarakat (komunitas).
Pemikiran ini bermuara pada prinsip demokrasi, yang menegaskan bahwa kedaulatan ada di tangan rakyat, atau suatu proses dari, oleh dan untuk rakyat. Secara mendasar pengorganisasian diarahkan untuk meningkatkan kesadaran kritis masyarakat dan disisi lain mempersiapkan basis sosial bagi tatanan dan situasi yang baru dan lebih baik yang ingin diciptakan.
Urgensi Pengorganisasian
Letak Penting pengorganisasian komunitas pada:
1.kenyataan bahwa masyarakat pada kebanyakan berposisi dan berada dalam kondisi lemah, sehingga diperlukan wadah yang sedemikian rupa dapat dijadikan wahana untuk perlindungan dan peningkatan kapasitas “bargaining”;
2.kenyataan masih adanya ketimpangan dan keterbelakangan, dimana sebagian kecil memilki akses dan asset untuk bisa memperbaiki keadaan, sementara sebagian besar yang lain tidak. Kenyataan ini menjadikan perubahan pada posisi sebagai jalan yang paling mungkin untuk memperbaiki keadaan. Tentu saja pengorganisasian tidak selalu bermakna persiapan melakukan “perlawanan” terhadap tekanan dari pihak-pihak tertentu, tetapi juga dapat bermakna sebagai upaya bersama dalam menghadapi masalah-masalah bersama seperti bagaimana meningkatkan produksi, memperbaiki tingkat kesehatan masyarakat, dan lain-lain.
Substansi Pengorganisasian
Suatu pengorganisasian merupakan usaha untuk membangun kekuatan (keberdayaan) masyarakat, sehingga dapat secara optimal memanfaatkan potensi yang dimiliki, dan disi lain masyarakat dapat memahami secara kritis lingkungannya serta mampu mengambil tindakan yang mandiri, independen dan merdeka (tanpa paksaan) dalam rangka mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapi.
Harus diakui bahwa pada kebanyakan masyarakat tidak berada dalam keadaan kritis. Oleh sebab itu pengorganisasian memikul beban mendorong peningkatan kesadaran kritis masyarakat. Bagi organisator dan atau fasilitator pekerjaan ini berarti suatu usaha untuk “memenangkan hati dan pikiran” masyarakat.
Inti Kerja Mengorganisasi Masyarakat
1.Membangun dan mengembangkan kesadaran kritis masyarakat dalam melihat persoalan-persoalan yang menghambat pencapaian keadaan yang lebih baik dan bermakna, seperti masalah mengapa posisi masyarakat lemah dan kondisi mereka “kurang beruntung”.
2.Mendorong dan mengembangkan organisasi yang menjadi alat dalam melakukan perjuangan kepentingan masyarakat;
3.Melakukan usaha-usaha yang mengarah kepada perbaikan keadaan dalam kapasitas yang paling mungkin, dan dengan kalkulasi kekuatan yang cermat, serta melalui pentahapan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan tahap-tahap perkembangan masyarakat yang dinamis.
Prinsip Pengorganisasian
Segi-segi yang perlu dipikirkan mengenai pengorganisasian:
1.mengutamakan yang terabaikan (pemihakan kepada yang lemah dan miskin);
2.merupakan jalan memperkuat masyarakat, bukan sebaliknya;
3.masyarakat merupakan pelaku, pihak luar hanya sebagai fasilitator;
4.merupakan proses saling belajar;
5.sebagai bagian dari upaya mengoptimalkan capaian;
6.bersedia belajar dari kesalahan;
7.terbuka, bukan merupakan usaha pembentukan kelompok eksklusif.
(Dikutip dari Manual COMBINE, sebagaimana disarikan dan diubah seperlunya dari Manual Kursus Intensif Gerakan Pembaruan Agraria,KPA, 2000).
“Kata Bapak Tebe, kalau ada Bang Madit, lari......!!!”
Hampir sebagian masyarakat kita hapal dengan kata-kata yang diucapkan oleh seorang anak kecil yang menyambangi kita setiap malam melalui sinetron Islam KTP di salah satu stasiun televisi nasional. Memang sudah beberapa waktu ini, dunia pertelevisian terutama persinetronan dihebohkan dengan fenomena baru berupa sinetron religius modern. Bermula dari sinetron Para Pencari Tuhan (PPT) yang dibintangi oleh Dedy Miswar dan Trio Bajaj, sinetron religius modern mulai datang mengetuk hati para pemirsa televisi.
Sinetron yang pada mulanya ditayangkan pada saat Bulan Ramadhan tersebut mampu menyihir kita melalui pesan-pesan religius yang dikemas secara modern ala anak muda atau anak gaul, berbeda dengan sinetron religius tradisional yang cenderung mengeksploitasi hal-hal gaib bahkan kadang diluar nalar kita.
Fenomena kesuksesan sinetron Islam KTP memang tidak lepas dari pemilihan setting dan alur cerita yang sesuai dengan perkembangan jaman. Pesan-pesan agama yang di usung oleh Bang Ali mudah sekali masuk ke dalam akal pikiran penonton, karena ditampilkan melalui peristiwa-peristiwa yang kita alami sehari-hari. Bahkan peristiwa-peristiwa yang sedang hangat di negara kita, seperti kekerasan berlatarbelakang kepercayaanpun mampu di kemas melalui alur cerita yang bagus untuk memunculkan pencerahan yang mampu diterima oleh semua pemirsanya.
Meskipun kadang-kadang jalan cerita yang diusung tidak jauh berbeda dengan sinetron yang lain yaitu tentang percintaan anak muda, tapi perceritaan tentang cinta dalam Islam KTP mampu ditampilkan dengan sudut pandang yang berbeda, tapi menarik. Penggambaran strata-strata yang ada dalam masyarakatpun mampu di terima dengan baik sesuai dengan logika kita. Berbeda sekali dengan sinetron-sinetron lain yang dilebih-lebihkan, tapi unsur pemaksaan jalan ceritanya begitu kelihatan.
Semoga saja dunia persinetronan kita bisa didominasi oleh tontonan yang benar-benar bisa dijadikan sebagai tuntunan, bukan hanya sekedar hiburan berbau pembodohan layaknya sinetron-sinetron yang selalu muncul di layar televisi kita.