Kota Tanpa Identitas
Perkembangan suatu kota sangat berpengaruh terhadap masyarakat yang mendiaminya. Oleh karena itu, kita tidak perlu heran kalau struktur tata ruang kota bisa mempengaruhi perilaku makhluk yang bertempat tinggal, termasuk manusianya. Salah satu cara untuk membentuk manusia yang baik adaah dengan membangun tempat tinggal yang ideal. Salah satunya adalah dengan mempertahanan identitas dari suatu kota.
Kita semua tentu saja tahu bahwa Kota Yogyakarta dijuluki sebagai Kota Pelajar. Dan apabila pemangku kotanya jeli, maka arah pembangunan kota Yogyakarta akan disesuaikan dengan identitasnya sebagai kota pelajar tadi dengan membangun sarana-sarana pendukung pendidikan. Akan tetapi, kenyataannya yang tumbuh dengan pesat adalah mall, cafe dan tempat-tempat hiburan lain yang justru bertolak belakang dengan dunia pendidikan. Oleh karena itu tidaklah mengherankan apabila Para orang tua sekarang takut kalau harus menyekolahkan atau mengkuliahkan anak-anaknya di kota tersebut.
Kontras sekali dengan kota yang berada di dekatnya yaitu Kota Solo. Disana arah pembangunan kotanya disesuaikan dengan identitas Kota Solo yang menjunjung tinggi kebudayaan dan keramahtamahan. Ruang-ruang publik dibuat senyaman dan seindah mungkin sehingga bisa dijadikan sebagai sarana bagi masyarakat untuk bersantai dan beramah-tamah dengan warga masyarakat yang lain. Meskipun pembangunan juga pesat, tetapi tetap memperhatikan faktor kebudayaan yang menjadi identitas kota tersebut.
Sekarang kita perhatikan pada kota yang kita tinggali. Menurut panjenengan identitas apa yang dimiliki oleh kota kita kita masing-masing..?. Apakah kota santri, kota pelajar, kota industri, kota wisata atau kota-kota yang lain. Dan saya yakin kebanyakan kota penjenengan belum memiliki identitas. Dan misalkan sudah memiliki identitas, kemungkinan besar arah pembangunannya tidak merujuk pada identitas tersebut.
Begitulah kota-kota jaman sekarang. Sudah tidak memiliki identitas yang jelas, justru ingin menghilangkan identitas yang sudah dimilikinya. Jadi jangan heran bila beberapa tahun mendatang Pasar Johar atau Lawang Sewu hilang dari bumi semarang, UGM bercerai dengan yogyakarta, atau bahkan istana negara pergi meninggalkan jakarta.
Semoga lekas muncul pemangku-pemangku kota yang berpendidikan dan berpikiran moderat, sehingga bisa membangun kota sesuai dengan identitas dan potensi yang dimilikinya. Dan saya berharap apabila dikemudian hari saya mendaftarkan diri sebagai calon bupati/walikota, gubernur atau bahkan presiden teman-teman blogger mendukung saya.
Kita semua tentu saja tahu bahwa Kota Yogyakarta dijuluki sebagai Kota Pelajar. Dan apabila pemangku kotanya jeli, maka arah pembangunan kota Yogyakarta akan disesuaikan dengan identitasnya sebagai kota pelajar tadi dengan membangun sarana-sarana pendukung pendidikan. Akan tetapi, kenyataannya yang tumbuh dengan pesat adalah mall, cafe dan tempat-tempat hiburan lain yang justru bertolak belakang dengan dunia pendidikan. Oleh karena itu tidaklah mengherankan apabila Para orang tua sekarang takut kalau harus menyekolahkan atau mengkuliahkan anak-anaknya di kota tersebut.
Kontras sekali dengan kota yang berada di dekatnya yaitu Kota Solo. Disana arah pembangunan kotanya disesuaikan dengan identitas Kota Solo yang menjunjung tinggi kebudayaan dan keramahtamahan. Ruang-ruang publik dibuat senyaman dan seindah mungkin sehingga bisa dijadikan sebagai sarana bagi masyarakat untuk bersantai dan beramah-tamah dengan warga masyarakat yang lain. Meskipun pembangunan juga pesat, tetapi tetap memperhatikan faktor kebudayaan yang menjadi identitas kota tersebut.
Sekarang kita perhatikan pada kota yang kita tinggali. Menurut panjenengan identitas apa yang dimiliki oleh kota kita kita masing-masing..?. Apakah kota santri, kota pelajar, kota industri, kota wisata atau kota-kota yang lain. Dan saya yakin kebanyakan kota penjenengan belum memiliki identitas. Dan misalkan sudah memiliki identitas, kemungkinan besar arah pembangunannya tidak merujuk pada identitas tersebut.
Begitulah kota-kota jaman sekarang. Sudah tidak memiliki identitas yang jelas, justru ingin menghilangkan identitas yang sudah dimilikinya. Jadi jangan heran bila beberapa tahun mendatang Pasar Johar atau Lawang Sewu hilang dari bumi semarang, UGM bercerai dengan yogyakarta, atau bahkan istana negara pergi meninggalkan jakarta.
Semoga lekas muncul pemangku-pemangku kota yang berpendidikan dan berpikiran moderat, sehingga bisa membangun kota sesuai dengan identitas dan potensi yang dimilikinya. Dan saya berharap apabila dikemudian hari saya mendaftarkan diri sebagai calon bupati/walikota, gubernur atau bahkan presiden teman-teman blogger mendukung saya.
kalau kota yang saya tempati sekarang namanya PERENGGEAN, pantes banget kalau di sebut kota debu. hehehe. gak ada jalan aspal. cuman jalan tanah aja.
ReplyDeleteoiya, linknya sudah di pasang, maaf ya mas. jangan manggil om ya. kok kedengaran tua gt. hehehe.
sing celaka nek kota pahlawan mas, wakaka...
ReplyDeletePemalang itu kota apa pak?
ReplyDeletesaya setuju dengan idenya!
ReplyDeleteLebih enak tinggal di desa ah
ReplyDeletelha iyo...
ReplyDeleteSebuah pemikiran dewasa yang mantaff sob. Mestinya sobatku satu ini menjadi wakil rakyat atau pejabat publik, sehingga pemikirannya dapat dijalankan dengan baik, hmmm (ato jangan2 emang sudah jadi yaa???)
ReplyDeleteCheers, frizzy.
benar sekali sahabat
ReplyDeletemoga para pejabat yang memiliki kewenangan memiliki kemampuan itu
KOTA REYOG.....
ReplyDeleteREYOG HAMPIR PINDAH KE MALAYSIA..........
HEHEHEHEHE.....
bogor, kota hujan. eh, seribu angkot deng!
ReplyDeleteKayaknya istilah yg tepat buat kota saya adalah BERsih, SEMarak komPak alias BERSEMPAK deh...
ReplyDeleteKalau kota saya siih terakhir dapat julukan kota minyak,,, tapi apakah nanti kota saya bakalan dipenuhin ama minyak ya????
ReplyDeleteaku tetep cinta kota medan yang loak
ReplyDeletemungkin karena arus globalisasi bos
ReplyDeleteTapi kotaku masih punya identitas, kota bayu atau kota angin.
ReplyDeleteMASIH TETAP KOTA REYOG.....
ReplyDeleteKayaknya setiap kota perlu punya ciri khas yang kuat yach biar identitasnya jelas.
ReplyDeleteSurabaya adalah kota yang beridentitas Kota Pahlawan yang notabene karena semangat juang, setelah baca postingan ini memang miris banget. Surabaya-ku sekarang hampir kehilangan identitasnya karena banyaknya oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab dan malah semakin luntur semangat kepahlawanan tersebut..
ReplyDeletenek kota ng identitase opo mas?
ReplyDeletesetuju banget
ReplyDelete